Minggu, 19 Oktober 2014

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN AKTIVITAS KJA DI DANAU TOBA, SUMATERA UTARA

1. Sebaran dampak Di dalam kegiatan KJA ini maka dapat mengakibatkan sebaran dari zat-zat seperti amonia menyebar ke daerah pariwisata sehinnga akan mengakibatkan perairan tersebut menjaadi berbau dan dapat juga mengakibatkan iritasi/gatal-gatal pada kulit. 2. Luasan yang terkena dampak Akibat dari aktivitas yang dilakukan luas yang dapat terkena dampak akibat kegiatan KJA tersebut adalah di sekitaran lokasi KJA sampai dengan kearah pergerakan arus. karena lokasi KJA ini di dekat bagian outlet dari danau toba maka luasan yang terkana dampak tidak terlalu luas di danau toba tersebut, tetapi pada sungai asahan terjadi peningkatan nutrisi yang tinggi. 3. Jumlah manusia yang terkena dampak Dampak yang ditimbulkan terhadap manusia secara langsung dari sisi negatif tidak ada, tetapi secara tidak langsung akan memalalui lingkungan. Lingkungan yang tercemar akan kegiatan KJA dapat berbahaya bagi manusia karena komposisi dari air tersebut sudah bercampur dengan sisa pakan yang menumpuk di badan air. Kalau dampak positifnya adalah dari sisi ekonomi, karena akan menambah lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Saran : Perlu dianalisis terlebih dahulu daya dukung dari perairan danau toba tersebut sehingga tidak melebihi batas daya dukung yang ada agar potensi danau toba tetap lestari.

Rabu, 10 April 2013

PENERAPAN SIG BIDANG PERIKANAN PENGUNAAN TEKNOLOGI REMOTE SENSING UNTUK STUDI PEMETAAN PADA LAMUN

http://msp1131bobbiejhora.blogspot.com/

APLIKASI SIG DI DALAM KELAUTAN



APLIKASI SIG DI DALAM KELAUTAN



Dosen Mata Kuliah
Rusdi Leidonald, S.P. M.P.



Oleh :

Fahmi Fadhli Rais
110302047























LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
 2013





KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Fisiologi Hewan Air yang berjudul “Aplikasi Sig Di Dalam Kelautantepat pada waktunya. Laporan praktimum ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti praktikum Fisiologi Hewan Air.
Saya sampaikan ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan Bapak Rusdi Leidonald, S.P. M.P. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada para asisten laboratorium yang telah membimbing penulis dan tak lupa kepada rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan laporan praktikum ini.


Medan,   April 2013




Penulis







DAFTAR ISI



KATA PENGATAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.................................................................................................. 9
Saran............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA









PENDAHULUAN
Dunia kelautan merupakan dunia yang sangat dinamis, disini hampir semunya bergerak kecuali dasar lautan. Di wilayah yang merupakan bagian bumi terbesar ini, terdapat banyak sumber daya alam yang bisa menghasilkan pendapatan yang tinggi untuk suatu daerah atau pemerintahan, contohnya adalah sumber daya ikan. Indonesia merupakan suatu negara yang sangat luas dan memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar juga. Dengan luas lautan sekitar 5,8 juta km2 dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, maka potensi pendapatan ekonomi dari bidang perikanan akan sangat besar sekali. Menurut Kusyanto (2001) potensi sumber daya perikanan di Indonesia adalah 6.1 juta ton per tahun dan baru termanfaatkan sekitar 57%. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam eksploitasi sumber daya ikan2 tersebut menyebabkan tidak optimumnya pemanfaatan sumber daya ikan yang ada. Pemanfaatan suatu teknologi seperti Sistem Informasi Geografis untuk perikanan di harapkan dapat mampu memberikan suatu gambaran dan suatu tampilan spasial tentang sumber-sumber atau spot-spot perikanan di wilayah indonesia yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor lingkungan yang mendukung tempat hidup dan berkumpulnya berbagai jenis ikan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil penangkapan ikan.
Setiap jenis ikan mempunyai suatu kriteria-kriteria lingkungan tersendiri untuk kenyaman hidupnya, namanya juga mahluk hidup. Kriteria-kriteria lingkungan tersebut adalah seperti suhu, makanan (chlorophyl-a), salinitas, pertemuan masa air (eddy), upwelling, dll. Contohnya untuk ikan albacore tuna di laut utara pasifik, ikan ini suka hidup pada kisaran suhu 18.5 – 21.5 oC, dan tingkat klorofil-a 0.3 mg/m3 (Polovia et al., 2001; Zainuddin et al., 2004 dalam Zainuddin, 2006), sedangkan ikan cakalang dan tuna kecil (litle tuna) lebih bahagia hidup pada daerah dengan kisaran suhu 23 – 28 oC (Leavestu dan Hela, 1970 dalam Kusuma, 2004).
Keadaan-keadaan lingkungan yang merupakan syarat kebahagian hidup bagi ikan-ikan tersebut merupakan suatu sebaran spasial yang dapat di olah dengan Sistem Informasi Geografi. Data-data lingkungan tersebut dapat di peroleh dari data penginderaan jauh seperti Sea Surface Temperature (SST)/suhu laut dan klorofil-a yang bisa diperoleh dari citra MODIS yang bias di download pada situ sedangkan data-data lokasi pendaratan kapal penagkapan, batas pantai bisa diperoleh dari survei lapangan dan peta dasar wilayah.
Sistem informasi geografi merupakan suatu interaksi antara data-data atribut dan data spasial yang bereferensi geografi. Keunggulan SIG ini dapat dijadikan masukan berharga bagi para nelayan atau pengusaha perikanan untuk mengetahuai lokasi-lokasi penangkapan ikan. Pertanyaan yang sering di lontarkan nelayan adalah dimana lokasi penangkapan ikan yang baik? dan kapan waktunya? Dengan SIG perikanan pertanyaan2 ini bisa di jawab, dengan bantuan data SST, klorofil, PAR (Photosintesis Actibe Radiation) dll bulanan dalam beberapa tahun yang diperoleh dari PJ dan dianalisis dengan SIG akan memberikan tampilan secara geografis kencendrungan seberan dari faktor2 lingkungan yang disukai oleh ikan yang akhirnya memberikan gambaran daerah perkiraan penangkapan ikan.

















TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Informasi Geografis (bahasa Inggris: Geographic Information System disingkat GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.
Komponen-komponen pendukung SIG terdiri dari lima komponen yang bekerja secara terintegrasi yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data, manusia, dan metode yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perangkat Keras (hardware)
Perangkat keras SIG adalah perangkat-perangkat fisik yang merupakan bagian dari sistem komputer yang mendukung analisis goegrafi dan pemetaan. Perangkat keras SIG mempunyai kemampuan untuk menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan yang tinggi serta mendukung operasioperasi basis data dengan volume data yang besar secara cepat. Perangkat keras SIG terdiri dari beberapa bagian untuk menginput data, mengolah data, dan mencetak hasil proses. Berikut ini pembagian berdasarkan proses :
2. Perangkat Lunak (software)
Perangkat lunak digunakan untuk melakukan proses menyimpan, menganalisa, memvisualkan data-data baik data spasial maupun non-spasial. Perangkat lunak yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah:
  • Alat untuk memasukkan dan memanipulasi data SIG
  • Data Base Management System (DBMS)
  • Alat untuk menganalisa data-data
  • Alat untuk menampilkan data dan hasil analisa
3. Data
Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG yaitu : Data Spasial
  • Data Spasial
Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
  • Data Non Spasial (Atribut)
Data non spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi informasi- informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data tersebut berbentuk data tabular yang saling terintegrasi dengan data spasial yang ada.
4. Manusia
Manusia merupakan inti elemen dari SIG karena manusia adalah perencana dan pengguna dari SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti pada sistem informasi lainnya, dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan mengelola sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaannya sehari-hari.
5. Metode
Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap permasalahan. SIG yang baik tergantung pada aspek desain dan aspek realnya.
Pengembangan SIG untuk kelautan mempunyai dua kendala umum, pertama bahwa dasar-dasar perkembangan SIG adalah untuk keperluan analisis keruangan pada suatu lahan (land-based sciences), kedua analisis SIG untuk laut lebih banyak menggunakan 3D, sedangkan SIG sendiri masih kurang mampu mengaplikasikan 3D secara baik pada daerah2 yg luas (Davis dan Davis 1988; Wright dan Goodchild 1997 dalam Kusuma, 2004).
Pengembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat menunjang pengelolaan daerah-daerah yang memiliki potensi besar untuk dikelola dan dikembangkan, dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan daerah. Namun faktor keterbatasan teknologi dan minimnya data lapangan turut berperan dalam kurangnya informasi yang dibutuhkan oleh berbagai pihak, terutama pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan. Hal tersebut menjadi masalah sekaligus penghambat untuk mengembangkan daerah-daerah berpotensi. Perencanaan dan pengambilan keputusan yang tepat tentunya harus dilandasi dengan data dan informasi yang akurat tentang letak lokasi yang ingin diamati dan kelimpahan  potensi sumberdaya alam yang ada di daerah tersebut. Sistem informasi geografis berbasis Web (WebSIG) muncul sebagai alat bantu yang efektif untuk menangani permasalahan diatas. Keberadaan sistem informasi ini sebagai daya dorong pengguna untuk mencari dan mendapatkan informasi yang cepat, akurat dan aktual sehingga informasi tersebut bisa dijadikan sebagai landasan pengelolaan dan pengambilan keputusan.
SIG perikanan lebih sering bermain dengan bentuk data raster. Data-data SST, klorofil dll tersebut merupakan suatu data dari citra satelit yang berbentuk raster. Data raster mempunyai kelemahan dalam proses penyimpaan dan kemampuannya berinteraksi dengan data atribut. Data bentuk raster membutuhkan tempat penyimpanan yang sangat besar sehingga boros hardisk, data raster juga merupakan data angka per pixel sehingga tidak bisa di gabung dengan data tabel, keadaan ini terjadi apabila data raster tersebut bersifat degradasi. Untuk bisa menggabungkannya dengan data tabel harus di reklasifikasi terlebih dahulu, sehingga membentuk ID2. Interkasi data atribut dengan data spasial sangat berguna pada lokasi pendaratan ikan, dimana pelaporan secara berkala tentang hasil penagkapan ikan akan memberikan informasi wilayah penghasil ikan terbesar dan informasi tentang pemanfaatan potensi perikanan yang ada disekitar lokasi pendaratan kapal.





3.jpeg


https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRuFwkp6RnP9Tca34T5lylO06F_pWdd6cFEHOplpo10n9gXyUHP
 










KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

1.   Sistem Informasi Geografisadalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan).
2.   Komponen-komponen pendukung SIG terdiri dari lima komponen yang bekerja secara terintegrasi yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data, manusia, dan metode.
3.   Sistem informasi geografi merupakan suatu interaksi antara data-data atribut dan data spasial yang bereferensi geografi.
4.   Pengembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat menunjang pengelolaan daerah-daerah yang memiliki potensi besar untuk dikelola dan dikembangkan, dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan daerah.
5.   SIG perikanan lebih sering bermain dengan bentuk data raster.
6.   Data raster mempunyai kelemahan dalam proses penyimpaan dan kemampuannya berinteraksi dengan data atribut.
7.   Interkasi data atribut dengan data spasial sangat berguna pada lokasi pendaratan ikan, dimana pelaporan secara berkala tentang hasil penagkapan ikan akan memberikan informasi wilayah penghasil ikan terbesar dan informasi tentang pemanfaatan potensi perikanan yang ada disekitar lokasi pendaratan kapal.

Saran

Di dalam penagkapan ikan khususnya di Indonesia perlu menggunakan system informasi yang baik agar pemanfaatan sumberdaya dapat dilakukan dengan maksimal. Sehingga nelayan mudah menetukan zonasi dan waktu dalam melakukan kegiatan penagkapan ikan.

PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TELUK TOMINI PROVINSI GORONTALO

http://msp1129nurulfadillah.blogspot.com/

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DIBIDANG PERAIRAN DAN KELAUTAN

http://msp1152dias.blogspot.com/

APLIKASI SIG DALAM ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

http://msp1148riofentarias.blogspot.com/

APLIKASI SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA PERAIRAN DALAM MENENTUKAN PREDIKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI

http://msp1171hijauerlyandi.blogspot.com/